Seorang wanita di Makassar naik ke kap mobil jenazah
Mediabulukumba.com - Video seorang perempuan mencegat mobil gugus tugas COVID-19 di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), beredar di media sosial. Perempuan itu mencegat dengan cara naik ke atas kap depan mobil sambil menangis histeris.
Belakangan diketahui, perempuan di video itu bernama Andi Arni Esa Putri Abram (24). Arni menangis setelah jenazah ibunya, Nurhayani Abram (48), hendak dibawa tim gugus tugas COVID-19 dari RS Bhayangkara Polda Sulsel ke Kompleks Pemakaman Khusus COVID-29 di Macanda, Gowa.
"Pas saya ke meja perawat mereka bilang, 'Oh tidak, Dek, ini karena PDP tidak bisa dibawa pulang, tidak adaji biayanya,'" ucap Andi Arni kepada wartawan, Rabu (3/6/2020).
Andi Arni menyebut insiden dalam video itu terjadi pada Sabtu (16/5). Dia beralasan nekat mencegat mobil milik tim gugus tugas karena tak terima ibunya ditetapkan sebagai PDP dan dimakamkan dengan protokol Corona.
Andi Arni bercerita, insiden itu dimulai pada Jumat (15/5), sekitar pukul 16.30 Wita, atau sehari sebelum kejadian. Saat itu, Andi Arni dan adiknya membawa ibunya ke RS Bhayangkara Polda Sulsel lantaran menderita gejala stroke berupa separuh bagian tubuh ibunya tak bisa digerakkan.
Namun pada malam harinya, yakni sekitar pukul 11.30 Wita, sang ibu meninggal dunia. Ayahnya yang datang belakangan ke rumah sakit lantas meminta Andi Arni menyelesaikan pembayaran ke pihak RS. Saat itulah pihak RS menolak pembayaran dari keluarga Andi Arni lantaran jenazah ibunya dinyatakan PDP Corona.
"Saya bilang, 'Ih tidak COVID ji Ummi' ku (ibuku), meninggal stroke i, tidak ada ji kasian COVID-nya, tidak ada yang bisa buktikan kalau COVID ummi' ku,'" terang Andi Arni.
Andi Arni mengaku terkejut mendengar jawaban perawat. Dia lantas membantah ibunya sebagai PDP Corona.
Andi Arni mengaku telah meyakinkan bahwa ibunya tak pernah memperlihatkan gejala mirip Corona, seperti batuk atau demam.
"Ummi' ku tidak bersin, tidak pernah batuk, tidak pernah demam selama sakit, paling jaga kebersihan, tabe saya mau bayarji," ujar Andi Arni, yang mengaku mencoba meyakinkan perawat.
Namun Andi Arni mengaku upayanya sia-sia. Pada keesokan harinya, Sabtu (16/5), jenazah ibunya tetap dibawa untuk dimakamkan dengan protokol Corona.
"Semenjak itu saya peluk Ummi'ku tidak pernah saya lepas. Akhirnya berselang waktu, ada pimpinan tim gugus tugas, itumi tidak ada mi lagi yang bisa kami lakukan, sudah dengan ucapan memohon-mohon, tetap tidak dikasi ki (jenazah tetap dibawa petugas)," katanya.
"Ettakku (ayahku) bahkan bersujud, nacium ki itu sepatunya pimpinan gugus tugas kasian, dia bilang tabe', di mana ini direktur rumah sakit, kucium juga sepatunya supaya nakasi ka ini jenazahnya Ummi'ku," katanya.
Kendati telah memohon, lanjut Andi Arni, jenazah ibunya tetap dibawa petugas ke atas mobil gugus tugas COVID-19. Saat itulah, kata Arni, dia tetap berupaya agar jenazah ibunya tidak dibawa petugas dengan cara naik ke kap mobil gugus tugas. Namun upaya itu tak berhasil.
Sementara itu, ayah Andi Arni, Andi Baso Ryadi Mappasulle (46), mengatakan dia telah menerima hasil swab test almarhumah istrinya beberapa hari setelah kejadian. Istrinya dinyatakan negatif Corona.
"Belakangan keluar hasil swab test dan itu negatif seperti yang sudah kami yakinkan ke pihak gugus tugas," ujar Andi Baso kepada wartawan.
sc: news.detik.com
Tags:
Berita