Jangan Jadikan Media Sosial Sebagai Tempat Untuk Menghujat |
OPINI- 5 Hari menjelang Pilkada 9 Desember 2020. Pemilihan kali ini tentunya akan berbeda dari tahun tahun sebelumnya, pemilihan Kepala Daerah di tahun ini disandingkan dengan adanya pandemi Covid-19, sehingga membatasi ruang gerak paslon maupun pendukung paslon.
Kampanye yang terjadi pun tentunya sangat jauh
berbeda, yang biasanya dilakukan dengan mengumpulkan massa dan membacakan visi
misi di sepanjang jalan, kali ini tidak mungkin untuk dilakukan, pasalnya
Pemerintah sendiri telah menekankan kebiasaan baru di tengah Pandemi, tak boleh
adanya kerumunan massa merupakan salah satu kebijakannya.
Lalu pertanyaannya, apakah tidak ada kampanye
? Bagaimana pendukung menyuarakan dukungannya ?
Jawabannya, hari ini masyarakat tak kehabisan
akal, untuk mendukung paslon pilihannya dibpagelaran pesta demokrasi kali ini,
masyarakat menggunakan kemajuan teknologi, dalam hal ini ialah media online.
Pamflet, flayer, poster dan berbagai macam
jenis dukungan didistribusikan melalui media online sebagai kampanye kepada
masyarkat lainnya, namun pertanyaan lain muncul, apakah hal ini salah atau
tidak dibenarkan ?
Tentu saja tidak, setiap warga memiliki
kebebasan dalam berpendapat, mereka berhak untuk mengeluarkan ungkapan
dukungannya terhadap paslon yang dipilihnya, namun faktanya, hari ini media
online tidak saja dijadikan sebagai lahan kampanye ataupun tempat untuk
mengeluarkan pendapat, akan tetapi, mendekati pilkada 2020 ini, media online
kini telah menjadi tempat orang orang saling menghujat, menghina bahkan saling
menyebarkan fitnah, hanya untuk memenangkan paslon yang mereka dukung.
Nyatanya, hari ini banyak beredar akun akun
media sosial palsu (fake) dari paslon yang akan bertarung di pilkada kali ini,
yang tujuannya beranekaragam, beberapa individu dengan sengaja membuat akun fake
dari paslon yang tidak ia senangi dengan tujuan menjatuhkan paslon tersebut.
Hal seperti ini sangat disayangkan, di Negara
yang dikenal dengan Demokrasinya, masih saja terjadi konflik konflik sosial
yang sperti itu, tak heran jika menjelang pemilihan, banyak sekali lapuran
lapuran yang saling menjatuhkan antara paslon satu dengan paslon lainnya.
Kita sebagai warga Negara yang baik, sudah
sewajarnya menjaga mandat dari dasar negara kita yaitu “Pancasila”, berbeda
pilihan bukanlah hal yang salah, tetapi memecah persatuan hanya untuk
memenangkan paslon yang menjadi pilihan itu adalah hal yang sangat disayangkan.
Mari kita sambut pesta demokrasi 2020 ini
dengan riang gembira, dengan tetap mematuhi segala kebijakan protokol kesehatan
dan tetap menjaga persatuan bangsa Indonesia.
Sebagai penutup dari penulis, penulis
menyajikan satu kalimat yang semoga bisa menjadi arah pandang baru bagi setiap
pembaca.
“Negara Hebat Bukan Karena Pemerintahannya,
Tetapi Negara Hebat Karena Masyarakatnya Yang Turut Serta Membantu Pemerintah
dalam Mewujudkan Persatuan”
Penulis
: EP